Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir baru saja merilis laporan keuangan gabungan dari 65 perusahaan pelat merah pada tahun 2023. Menurut laporan tersebut, total pendapatan usaha seluruh BUMN mencapai Rp2.932,64 triliun. Ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,47% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mencapai Rp2.918,97 triliun.
Pendapatan usaha dari portofolio BUMN didukung oleh penjualan senilai Rp1.983,11 triliun dan pendapatan keuangan dari industri keuangan sebesar Rp452,9 triliun. Meskipun begitu, beban pokok pendapatan portofolio BUMN turun menjadi Rp1.951,57 triliun, menghasilkan laba kotor sebesar Rp981,07 triliun pada tahun 2023.
Setelah dihitung dengan pendapatan dan beban lainnya, total laba bersih dari 65 BUMN mencapai Rp327,12 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,87% dari tahun sebelumnya. Dari sisi neraca keuangan, total aset portofolio BUMN mencapai Rp10.401,50 triliun, dengan liabilitas sebesar Rp6.957,43 triliun dan ekuitas sebesar Rp3.444,07 triliun.
Meskipun demikian, arus kas setara kas portofolio BUMN pada akhir 2023 mengalami penurunan menjadi Rp714,96 triliun, turun 8,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kementerian BUMN menjelaskan bahwa laporan keuangan gabungan mencerminkan posisi dan kinerja keuangan portofolio BUMN sepanjang tahun lalu, dengan memperhitungkan eliminasi saldo atas transaksi antar-BUMN.
Laporan keuangan gabungan portofolio BUMN disusun sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Republik Indonesia No. PER-2/MBU/03/2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan Korporasi Signifikan Badan Usaha Milik Negara. Ini berbeda dengan laporan keuangan konsolidasian yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Dengan demikian, laporan keuangan ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi keuangan BUMN. Semoga dengan adanya laporan ini, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan BUMN dapat terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.