Langkah Uni Eropa (UE) yang menerapkan bea masuk hingga 87,6 persen terhadap impor kendaraan listrik buatan China telah menjadi penghalang bagi kendaraan listrik murah dari Negeri Tirai Bambu yang diproduksi dengan subsidi dari negara. Menurut Financial Post pada Rabu (17/7/2024), sejumlah studi menunjukkan bahwa China telah menggunakan subsidi secara besar-besaran untuk mengambil peran utama dalam pasar global untuk produk berteknologi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik dan turbin angin.
Ini merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Subsidi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), karena subsidi pemerintah China ini memiliki pengaruh “terhadap kinerja ekspor atau penggunaan sumber daya dalam negeri alih-alih impor”. Subsidi yang dilarang tersebut biasanya disebut sebagai subsidi ekspor dan subsidi substitusi impor. “Hal ini dianggap spesifik dan dipandang sangat merugikan berdasarkan Perjanjian Subsidi WTO tersebut.”
China telah mengklaim bahwa subsidi pada kendaraan listrik mereka tidak melanggar aturan WTO, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Uni Eropa untuk sementara waktu menerapkan tarif hingga 38,1 persen pada kendaraan listrik yang dikirim dari China, ditambah dengan bea masuk 10 persen untuk semua kendaraan listrik yang diimpor. Tiga produsen kendaraan listrik terbesar di China juga dikenakan bea tambahan, yaitu 17,4 persen untuk mobil BYD, 20 persen untuk mobil Geely, dan 38,1 persen untuk kendaraan yang diekspor oleh SAIC milik negara China.
Bea masuk sementara ini akan berlaku selama tiga bulan untuk memberikan kesempatan untuk negosiasi dengan China guna menghapuskan subsidi yang merugikan, setelah itu struktur tarif akan dijadikan permanen selama lima tahun. Komisi Eropa, badan eksekutif UE, menuduh pemerintah China telah mendistorsi persaingan dengan subsidi mobil listrik. Dalam laporan terbaru, UE menyatakan bahwa subsidi yang diberikan oleh China dapat menyebabkan “ancaman kerugian ekonomi bagi produsen kendaraan listrik baterai di Uni Eropa.”
Dengan adanya langkah-langkah ini, Uni Eropa berharap dapat melindungi pasar kendaraan listrik mereka dari persaingan yang tidak adil akibat subsidi besar-besaran yang diberikan oleh China. Meskipun demikian, negosiasi masih terus dilakukan antara kedua pihak untuk mencapai kesepakatan yang adil dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Dengan adanya kebijakan yang tegas dan langkah-langkah perlindungan pasar, Uni Eropa menunjukkan komitmennya untuk melindungi industri kendaraan listrik mereka dari praktik tidak adil yang dapat merugikan produsen lokal. Semoga dengan upaya ini, pasar kendaraan listrik di Uni Eropa dapat terus berkembang dan bersaing secara sehat di pasar global.